Soal Menu Ikan Hiu, Kepala Regional MBG Kalbar Akui Murni Kelalaian SPPG Ketapang

Editor: Agustiandi author photo

Kepala Regional MBG Kalimantan Barat, Agus Kurniawi (tengah) saat memberikan keterangan pers kepada wartawan di Ketapang, Rabu (24/9/2025). (ist) 
Ketapang (Suara Ketapang) – Kepala Regional MBG Kalimantan Barat, Agus Kurniawi, turun langsung ke Ketapang sehari setelah kasus keracunan siswa terjadi. 

Ia mengakui bahwa penyajian menu ikan hiu merupakan kesalahan dan kelalaian pihak dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Mulia Kerta. 

“Soal menu ikan hiu, itu murni kesalahan dan keteledoran dari SPPG kami. Mereka tidak teliti memilih menu. Ikan hiu itu dibeli dari TPI Rangga Sentap, produk lokal,” kata Agus saat Selasa (24/9/2025).

Agus mengaku sudah menghubungi ahli gizi dan Kepala SPPG terkait. Menurutnya, menu tersebut seharusnya tidak dipilih karena tidak lazim dikonsumsi anak-anak.

“Harusnya menu yang dipilih itu yang digemari siswa. Anak-anak jarang sekali mengonsumsi ikan hiu. Bisa saja ikan hiu ini memiliki kandungan merkuri. Itu yang sangat saya sesalkan kemarin,” ujarnya.

Agus menambahkan, menu ikan hiu merupakan rekomendasi dari ahli gizi di dapur. Ahli gizi merupakan warga lokal rekrutan BGN yang telah lulus sarjana gizi. 

“Saya sempat marah ke ahli gizi. Dia sudah meminta maaf dan mengakui kalau hal tersebut murni keteledoran,” tegasnya.

Menurutnya, ahli gizi di dapur setiap hari menyusun menu dengan komposisi gizi, 30 persen protein, 40 persen karbohidrat, dan 30 persen serat.

“Target itu wajib dipenuhi dalam setiap hidangan,” katanya.

Agus menegaskan, apabila hasil investigasi membuktikan makanan dari MBG menjadi penyebab keracunan, Dapur SPPG Mulia Kerta akan ditutup permanen. 

“Kalau tidak terbukti, kami tetap akan melakukan evaluasi bersama BGN pusat. Kepala SPPG tetap kami nonaktifkan hingga waktu yang belum ditentukan,” ujarnya.

Saat ini terdapat 22 SPPG yang tersebar di sejumlah kecamatan di Ketapang, melayani 2.000–3.500 siswa per dapur. Agus menyebut, ke depan jumlah penerima manfaat akan dibatasi maksimal 2.000 siswa per dapur.

“Harapannya kualitas pelayanan meningkat. Masak juga akan disesuaikan untuk mencegah makanan basi. Untuk makan siang dimasak pagi, sedangkan makan pagi dimasak sejak subuh sekitar pukul 03.00 WIB,” jelasnya. (Ndi) 

Share:
Komentar

Berita Terkini