Foto ilustrasi. (*) |
Sejak dua sampai tiga hari terakhir, masyarakat setempat mengeluhkan kelangkaan BBM jenis Pertalite. Hal ini membuat warga kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk kebutuhan sehari-hari, apalagi menjelang perayaan Natal 2024.
"Sudah dua tiga ini kami keliling-keliling cari bensin, tapi tidak ada yang jual. SPBU kosong, kios-kios juga kosong. Kami benar-benar kesulitan, kalaupun ada di kios harganya Rp15 ribu," ujar Hadi, salah satu warga setempat.
Hadi mengatakan, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kecamatan Sandai terpantau tutup karena pasokan BBM habis. Selain itu, kios pengecer di tepi jalan yang biasa menyediakan BBM dalam jerigen juga terlihat sepi, tanpa stok yang bisa dibeli.
Keadaan ini semakin buruk dengan tutupnya sejumlah Pertamini yang biasanya menjadi alternatif bagi warga. Mereka juga mengaku kehabisan stok. Akhirnya pilihan untuk membeli bahan bakar semakin terbatas.
Krisis BBM ini memicu keluhan warga, terutama menjelang libur Natal yang membutuhkan mobilitas lebih tinggi.
Bagi warga Sandai, kelangkaan BBM ini bukan hanya soal kesulitan transportasi, tapi juga ancaman terhadap perayaan Natal yang biasanya menjadi momen penting untuk berkumpul bersama keluarga.
"Saya mau balik kampung ke Balai Berkuak, tapi tidak bisa karena tidak ada BBM," keluh Dede yang sehari-hari kerja di Pasar Sandai.
Dede mengaku, pada Senin sore, pasokan BBM tersedia di salah satu pengecer setempat. Namun harganya menembus Rp20 ribu perliter. Dalam sekejap, stok BBM itu pun ludes.
"Saye sempat ke sana karena dengar ada yang jual, Rp20 ribu seliter, tapi saya tak kebagian. Habis diserbu sidak, kami harap masalah kelangkaan BBM ini cepat selesai, mudah-mudahan besok pagi udah tersedia," ujarnya.
Sementara itu, pihak berwenang belum memberikan keterangan jelas mengenai kapan pasokan BBM akan kembali normal. (Ndi)