Jelang Hari Raya Kurban, Kasus PMK Mewabah di Ketapang

Editor: Agustiandi author photo

Ilustrasi.
Delta Pawan (Suara Ketapang) - Jelang Hari Raya Kurban, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) mulai mewabah di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. 

Berdasarkan catatan Pusat Kesehatan Hewan Kabupaten Ketapang, setidaknya sudah ada 10 ekor anakan sapi yang mati akibat penyakit tersebut. 

Dokter Hewan di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kabupaten Ketapang, Edy Sujarwo mengatakan, PMK sudah mewabah di sejumlah Kecamatan.

"Awalnya karena tertular dari ternak potong yang sakit yang dibeli dari Jatim yang masuk lewat pelabuhan Kumai Pangkalanbun kemudian menularkan ke ternak lokal yang ada disini," ungkapnya kepada wartawan belum lama ini.

Edy memaparkan, beberapa daerah yang sudah termonitor adanya penularan PMK diantaranya di Kecamatan Benua Kayong, Muara Pawan, Matan Hilir Utara, Matan Hilir Selatan dan Manis Mata.

"Untuk kematian ada 10 ekor ternak yang masih kecil karena tingkat kepekaannya masih tinggi," akunya.

Edy meminta agar masyarakat khususnya peternak untuk tidak terlalu khawatir. Tingkat kematian akibat penyakit PMK hanya dua hingga lima persen.

Menurut Edy ketahanan sapi lokal lebih baik ketimbang sapi luar. Sapi-sapi yang diternakkan di luar lebih kuat menahan penyakit jika dibandingkan dengan sapi atau kambing yang diternak di dalam kandang.

"Sapi kita (lokal) lebih tahan apalagi yang biasa di luar, kalau sapi perah di daerah jawa yang hidupnya di dalam kandang dan mudah stres," ujarnya. 

Edy mengimbau peternak yang mengalami penyakit PMK pada hewan ternaknya untuk membuatkan ramuan khusus. 

"Dianjurkan untuk diberi minum air gula, kunyit dan asam jawa dengan komposisi air seliter gula 5 sendok, kunyit 2 sendok dan asam jawa seharga 2 ribu, diberi 2 kali sehari dalam kurun waktu 3-5 hari, insya allah bisa sembuh," paparnya.

Edy menambahkan, kalau daging ternak yang terkena PMK aman dikonsumsi dengan cara dicuci secara bersih dimasak dengan direbus minimal 30 menit untuk mematikan virus yang ada.

"Untuk isi jeroan atau kotorannya dianjurkan untuk dikuburkan dalam-dalam," timpalnya.

Selain itu, Edy juga meminta para peternak untuk dapat melihat gejala PMK, yang mana gejala awal PMK mulai dari berliur banyak, gemetaran dan kemudian dua tiga hari kemudian mengalami perlukaan di hidung dan muka.

"Kalau cuma berliur dan gemetaran tapi tidak ada luka itu bukan PMK," terangnya.

Sementara itu, Medik Veteriner Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Ketapang, Drh. Eko Sutanto mengaku, sampai saat ini penularan PMK jauh lebih tinggi dibanding tingkat kesembuhannya.

"Penularan yang banyak di daerah Benua Kayong dan Muara Pawan," akunya.

Eko melanjutkan, kalau upaya pemutusan mata rantai wadah sudah dilakukan pihaknya dengan melakukan vaksinasi sesuai dosis yang didapat pihaknya dari pemerintah.

"Kita dapat 700 dosisi yang mana satu dosis untuk satu ternak, sekarang sudah mulai vaksinasi di daerah belum terkena seperti tumbang titi dan tayap dengan tujuan untuk membentengi atau memotong mata rantai penularan," pungkasnya. (Ndi) 

Share:
Komentar

Berita Terkini