100 Peserta Ikuti Cabang Khattil Quran

Editor: Agustiandi author photo

Peserta lomba  cabang Khattil Quran. (Ist)
Muara Pawan (Suara Ketapang) - Sebanyak 100 peserta dari 14 kabupaten/kota mengikuti lomba cabang Khattil Quran. Ada empat golongan yang dilombakan pada cabang Khattil Quran, yaitu golongan naskah, golongan hiasan mushaf, golongan dekorasi, dan golongan kontemporer. Cabang Khattil Quran dilaksanakan di Kampus STAI Al-Haudl Ketapang.

Ketua Majelis Khattil Quran, Edi Purwanto Ahmad, mengatakan empat golongan tersebut seluruhnya dilaksanakan di Kampus STAI Al-Haudl Ketapang. “Hari pertama yaitu Minggu (6/11) golongan naskah diikuti 25 peserta putra dan putri. Hari ini (Senin; red) golongan hiasan mushaf juga diikuti 25 peserta putra dan putri,” katanya.

Dia menjelaskan, selain golongan naskah dan hiasan mushaf, golongan dekorasi yang akan digelar pada Selasa (8/11), juga akan diikuti 25 peserta putra dan putri. Demikian juga golongan kontemporer yang diikuti 25 peserta. 

“Seharunya jika seluruh kabupaten ikut serta, maka masing-masing golongan itu ada 28 peserta. Tapi ini ada beberapa kabupaten yang tidak ikut. Jadi totalnya hanya 25 peserta saja,” jelasnya.

Edi mengungkapkan, peserta lomba diberikan waktu selama 8 jam. Dimulai pukul 08.00 WIB dan berakhir pukul 16.00 WIB selesai. 

“Sejauh ini tidak ada kendala. Panitia Khattil Quran ini benar-benar siap. Karena sebelumnya kita sudah koordinasikan dengan panitia lokal. Hal yang menjadi atensi, termasuk meja dan kertas disiapkan dengan kualitas yang bagus. Acuannya sesuai dengan yang MTQ nasional dan langsung disampaikan kepada panitia lokal,” ungkapnya.

Menurut Edi, potensi Khattil Quran di Kalbar sudah sangat maju, karena mereka punya inisiatif sendiri untuk belajar ke Jakarta. Ada yang dibiayai oleh bupati dan ada yang menggunakan biaya pribadi. Ada juga yang mengembangkan bakatnya di lokal. Namun demikian, jika dibandingkan dengan daerah lainnya, khususnya daerah Pulau Jawa, Kalbar masih tertinggal jauh.

“Kenapa Kalbar belum pernah juara I tingkat nasional? Itu karena tantangannya sangat berat. Tingkat nasional ini sudah master semua. Bahkan, sudah ada yang ikut dan juara di tingkat internasional. Terakhir di Kalsel, Kalbar masuk dalam ranking 10 secara nasional untuk golongan dekorasi. Sebelumnya di Padang ranking 8 nasional. Potensi yang ada di Kalbar ini bergerak tidak secepat daerah lainnya,” ujarnya.

Dia menambahkan, yang menjadi catatan saat ini adalah kaidah. Kaidah ini membutuhkan keahlian khusus dan latihan terus menerus. Sehingga kaidah ini menjadi atensi utama dewan hakim.

“Kalau hiasan sudah bagus dan sudah bisa bersaing untuk tingkat nasional. Kemudian juga kurang teliti. Sebagus apapun tulisan, jika kurang harkat atau titik, maka akan disisihkan,” paparnya.

Pihaknya berharap dukungan LPTQ kabupaten/kota dengan pendanaan yang mempuni sehingga mendorong para peserta untuk belajar. Menurutnya, joka tidak bisa memberangkatkan pesertanya, paling tidak bisa mendatangkan pelatihnya ke Kalbar. 

“Itu alasannya kenapa Kalbar tidak bisa bersaing di tingkat nasional, itu karena jarang sekali Kalbar mengundang pelatih dan dewan hakim nasional,” papar Edi.

“Ada ketirakatan batin antara pelatih dan yang dilatih. Ketika tulisan itu sesuai dengan dewan hakim nasional, maka akan langsung masuk. Itu masih dalam batas-batas obyektifitas. Hubungan batin antara guru dengan murid itu penting. Mudah-mudahan itu bisa diperhatikan oleh LPTQ kabupaten/kota,” pungkas Edi. 

Share:
Komentar

Berita Terkini