Sekda Tutup Musdat Kengkubang 3 dan Ikuti Upacara Adat Tentobus

Editor: Agustiandi author photo

Sekda Ketapang Alexander Wilyo menutup acara Musyawarah Adat I Kengkubang Jelayan (Kengkubang 3), di Jelayan, Kecamatan Tumbang Titi, Sabtu (13/5/2023). (Ist).
Tumbang Titi (Suara Ketapang) - Sekda Kabupaten Ketapang, sekaligus Patih Jaga Pati Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua Alexander Wilyo, menutup acara Musyawarah Adat I Kengkubang Jelayan (Kengkubang 3), di Jelayan, Kecamatan Tumbang Titi, Sabtu (13/5/2023). 

“Dengan mengucap puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Duata perimbang alam bumi tanah arai, Musyawarah Adat Kesatu Kengkubang 3, pada hari ini, Sabtu, tanggal 27 Mei 2023, saya nyatakan resmi ditutup,” kata Sekda menutup secara resmi Musdat I Kengkukabang 3. 

Musdat pertama Kengkubang, yang terdiri dari Desa Jelayan, Desa Natai Panjang, Desa Sukadamai dan Desa Tanjung Maloi (Kengkubang 3 Jelayan-red) ini berlangsung selama tiga hari, sejak 25 Mei. Musdat ini diantara membahas masalah adat-istiadat, tradisi, hak-hak masyarakat adat, tanah adat dan hukum adat.

Usai Musdat, acara dilanjutkan dengan upacara adat tentobus, atau nyapat tahun. Upara adat tentobus ini merupakan ungkapan syukur atas panen dan mohon berkat kepada Duata perimbang alam bumi tanah arai untuk tahun berikutnya.

Sekda berharap, melalui Musdat tersebut masyarakat adat akan semakin maju, semakin berkembang, sehingga masyarakat adat akan bisa berdaulat secara budaya sehingga terus menjunjung, memelihara, menegakkan adat jalan jamban titi, sejak karosek mula tumbuh, tanah mula menjadi. 

"Itu tidak boleh kita tinggalkan. Kalau itu kita tinggalkan, maka identitas kita akan hilang. Kalau identitas kita hilang, maka harga diri kita juga akan hilang,” pesannya.

Sekda mengaku senang jika masyarakat adat masih memegang teguh adat jalan jamban titi sejak karosek mula tumbuh tanah mula menjadi. 

Karena itu, Sekda pun berharap, ke depan, acara adat tentobus ini supaya tetap dilaksanakan dan diwariskan sampai ke anak-cucu. 

“Mau semaju apapun zaman, adat jalan jamban titi jangan pernah pudar dan harus tetap dipegang teguh. Karena ini adalah jati diri kita. Ini adalah harga diri kita,” ujarnya. 

Untuk tahun depan, Sekda juga berharap agar Musdat bisa dilanjutkan dengan melibatkan desa-desa atau wilayah-wilayah lain, tidak hanya Kengkubang 3 saja. Terlepas dari itu, Sekda pun berpesan agar masyarakat adat Kengkubang 3 tetap menjaga, merawat hutan yang masih tersisa. 

“Karna, kita ini tidak bisa lepas dari hutan, tanah, air. Sisakan tanah untuk anak-cucu kita,” tuturnya.

Selain itu, kepada para Kades, Sekda juga menitipkan para domong adat. Menurutnya domong ini adalah orang pilihan. Tidak semua orang bisa menjadi domong. Karena itu, jangan sampai ada Kades yang memecat domong hanya karena beda pilihan. Sebaliknya, para Kades harus memperhatikan para domong.

Terkait pelaksanaan Pilkades yang akan berlangsung pada Juni mendatang, di ratusan desa di Kabupaten Ketapang, Sekda mengingatkan agar Pegawai Negari Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara (ASN) supaya netral.

Sementara itu, Tokoh sekaligus pemerhati adat Jelayan, Sukirman Lodom yang turut hadir dalam acara Musdat tersebut menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang yang turut memfasilitasi pelaksanaan Musdat 1 Kengkubang Jelayan (Kengkubang 3) ini. Diakuinya kalau suport Pemkab merupakan bagian penting terlaksananya Musdat ini.

"Begitu juga ucapan terimakasih kepada Sekda Ketapang yang bersedia hadir tidak hanya sebatas menutup acara Musdat ini tapi hadir memberikan suport dan semangat untuk keberlangsungan adat istiadat ditempat kami ini," katanya.

Lodom berharap, agar ke depan Pemkab dapat terus mensuport dan memfasilitasi kegiatan musdat hingga kegiatan adat lainnya sehingga budaya dayak kengkubang jelayan dapat terus eksis.

"Karena dulu Kengkubang 3 masuk dalam penetapan Desa Budaya, sehingga harapan kami dapat terus disuport dan difasilitasi seperti saat ini," tuturnya.

Lodom melanjutkan, kalau dalam Musdat tersebut banyak hal yang dibahas termasuk mengenai budaya dayak kengkubang mana yang harus dipakai agar tetap eksis, lantaran dengan semakin banyaknya masyarakat makin banyak versi budaya sehingga melalui Musdat berharap untuk menyepakatinya.

"Dalam Musdat ada 10 orang narasumber terdiri dari domong adat 4 desa serta tokoh dan pakar adat, yang dibahas banyak hal terkait adat. Dari banyak hal itu ada 10 poin yang dibahas dan nantinya akan disusun dalam makalah yang output akhirnya akan dibawa ketika Musdat untuk kemudian menjadi pedoman ke depan," ujarnya.

Ikut mendamping Sekda Ketapang pada kegiatan tersebut, antara lain Kepala Distanakbun, yang juga Wakil Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Ketapang, Kepala BPBD, Kepala Satpol PP. Hadir pada penutupan Musdat dan upacara adat tentobus, antara lain Camat Tumbang Titi, para tokoh dan sesepuh Desa Jelayan, Kades Jelayan dan jajarannya, para Kades terdekat dan para tokoh adat. 


Share:
Komentar

Berita Terkini