![]() |
Jurnalis dan narasumber berfoto bersama di Pusat Pembelajaran Sir Michael Uren, Yayasan IAR Indonesia, Sungai Awan, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Selasa (17/10/2023). (Ist) |
Direktur Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ketapang, Karmele Liano Sanchez menyambut secara langsung kehadiran para peserta. Menurutnya peran jurnalis sangat besar dalam memberikan edukasi kepada masyarakat terhadap ancaman dan kerugian akibat Karhutla.
"Media massa punya power, bisa didengar, bagaimana memberikan edukasi ke masyarakat tentang ancaman dan bahaya Karhutla, sebab 90 persen Karhutla karena tangan manusia, adanya faktor kesengajaan," ucapnya.
Karmele menilai, sejauh ini, Karhutla dapat dipastikan setiap tahun terjadi. Dirinya tak ingin, bencana lingkungan tersebut dianggap menjadi sesuatu yang normal bagi masyarakat. Padahal dampaknya sangat buruk terhadap semua sektor kehidupan, baik manusia maupun satwa.
"Semua masyarakat sadar Karhutla dan berperan aktif dalam mencegah dan menanggulanginya, Itu yang mau kita bangun di tengah masyarakat," paparnya
Ia juga menyampaikan program YIARI. Satu diantaranya adalah membuka lahan tanpa bakar di Desa Pematang Gadung Kecamatan Matan Hilir Selatan. Pihaknya juga terus berupaya memberikan pemahaman ke masyarakat tentang pencegahan dan penanganan Karhutla.
"Desa di sana sedikit banyak sudah lebih baik dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan," ungkapnya.
Pada kesempatan itu, puluhan Jurnalis juga diberikan materi tentang dampak Karhutla terhadap kesehatan dari dokter spesialis paru dr. Eva Munthe dan dokter spesialis mikrobiologi dr. Simon Liem, keduanya merupakan dokter spesialis di RSUD Ketapang.
Kegiatan yang diinisiasi Polres Ketapang dan YIARI Itu turut menghadirkan sejumlah narasumber dalam media training diantaranya, Redaktur Sains Kompas Ichwan Susanto, Ketua Perkumpulan Green Press Indonesia, I Gusti Gede Maha Suasana Adi, Ketua AJI Pontianak Rendra Oxtora dan Ketua Aliansi Jurnalis Ketapang Theo Bernadhi. (Ndi)