Dinkes Ketapang Berikan Pelayanan Kesehatan Sampai Desa Paling Terpencil

Editor: Agustiandi author photo

Penderita penyakit kaki gajah di Desa Lubuk Kakap Kecamatan Hulu Sungai mendapat pemeriksaan medis. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dan mengikuti program pemberian obat pencegahan massal (POPM) yang dilakukan oleh pemerintah.
Hulu Sungai (Suara Ketapang) - Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang melalui Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menggelar pelayanan kesehatan terpadu di Desa Lubuk Kakap Kecamatan Hulu Sungai.

Desa tersebut merupakan salahsatu desa paling terpencil dan terisolir di Kabupaten Ketapang. Dari pusat Kabupaten, membutuhkan waktu sembilan hingga 10 jam perjalanan, itu pun harus menggunakan mobil gardan ganda. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama empat hari 16 hingga 19 Januari 2021. 

Tim dari Dinkes Ketapang bersama Dinkes Provinsi Kalbar dan Kementrian Kesehatan yang berjumlah sekitar 20 orang, melakukan pengobatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) berat dan pengobatan pasien dengan kronis kaki gajah (filariasis). Tak hanya itu mereka juga melakukan pengambilan sampel darah untuk penyakit malaria dan Filariasis. Seluruh pelayanan kesehatan dilakukan secara gratis. 

"Di sana ada ODGJ berat, satu orang. Dia paranoid tinggi, kadang-kadang bawa parang, dia begitu sudah bertahun-tahun. Rencananya bulan Maret ini kita akan bawa dia ke Rumah Sakit Jiwa Bodok Singkawang," papar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, Basaria Rajagukguk, Sabtu (23/1/2020).

Pihak Dinkes Ketapang memberikan obat suntik kepada ODGJ tersebut. Dosis itu akan bereaksi selama satu bulan. Selama satu bulan, obat yang diberikan akan memberikan ketenangan kepada yang bersangkutan. "Jadi dia bisa lebih banyak istirahat dan lebih tenang," imbuhnya. 

Basaria mengatakan, pihaknya juga melakukan pemeriksaan malaria dan Filariasis. Pengambilan sampel darah masyarakat untuk pemeriksaan malaria dan filaria ini dilakukan pukul 22:00 WIB dengan sasaran 306 orang penduduk desa. 

"Jadi ngambil sampel darah harus jam 10 malam, karena pada saat itu kebiasaan sel cacing yang disebut mikro filaria, dia akan keluar dari jaringan menuju ke bawah permukaan kulit, jadi waktu yang pas itu mulainya jam 10 malam," ucap Basaria. 

Basaria menjelaskan, pelayanan kesehatan khusus penyakit kaki gajah, bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan pemberian obat filariasis yang sudah dilaksanakan selama lima tahun. Sampel darah yang telah diambil kemudian akan dibawa dan diperiksa di Litbang Kemenkes. Khusus untuk sampel darah (kasus malaria) akan diperiksa di Kabupaten Ketapang. 

"Jika hasilnya tidak ditemukan cacing filaria yang menimbulkan penyakit kaki gajah, itu artinya Kabupaten Ketapang sudah masuk dalam kategori Transmission Assesment Surveys atau TAS ," papar dia.

"Nah jika sudah masuk dalam kategori TAS, dilakukan pemeriksaan sekali lagi, kalau tidak ditemukan (cacing filaria), berarti kita sudah masuk kategori eliminasi dan kita dikatakan bebas filaria. Jadi ada tahapannya, pengobatan lima tahun, kemudian evaluasi dan evaluasi lanjutan disebutlah TAS," jelasnya. 

Desa Lubuk Kakap dipilih menjadi sasaran pelayanan kesehatan khusus filaria, karena di desa tersebut manjadi parameter untuk mengetahui apakah Kabupaten Ketapang bebas atau tidak dari penyakit menular tersebut. 

"Lubuk Kakap menjadi desa spot cek, yang menentukan itu Kemenkes, sumber datanya dari Dinkes. Jadi di desa ini ditemukan ada dua pasien dengan kronis filaria. Desa itu juga terletak di perbatasan Kabupaten Melawi yang menjadi daerah yang banyak kasus Filariasis," ujar Basaria.

Sementara itu, Kepala Desa Lubuk Kakap Marianus Dima, menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan tersebut. Iapun merasa bangga karena telah diperhatikan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan. 

"Kami masyarakat Desa Lubuk Kakap merasa diperhatikan oleh pemerintah. Kami sangat berbangga hati dapat dikunjungi tim yang cukup ramai," ucapnya.

Ia berharap, kasus filariasis di desa mereka tidak lagi bertambah dan dapat segara hilang. Ia juga berharap pemerintah daerah dapat menambah tenaga kesehatan di desa meriksa. 

"Harapan kami, Pemda dapat menambah tenaga medis untuk perawat. Sekarang cuma satu orang, itupun tidak terlalu aktif, kadang satu bulan, tiga empat hari saja di kampung," paparnya. 

Selama ini, lanjut Kades, masyarakat cukup kesusahan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan. "Kalau ada yang mau melahirkan, dukun kampung yang sering digunakan," pungkasnya. (Ndi).

Share:
Komentar

Berita Terkini