Siswa SMKN 1 Sandai Terancam Belajar di Bawah SUTT

Editor: Agustiandi author photo

Foto udara lokasi pembangunan SUTT yang tepat berada di area SMKN 1 Sandai Ketapang Kalimantan Barat. (Ist)
Ketapang (Suara Ketapang) - Ratusan pelajar di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Sandai, terancam belajar di bawah aliran listrik tegangan tinggi. Pasalnya, Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan dibangun tepat di atas gedung sekolah. Hal inipun mendapat penolakan dari pihak sekolah dan orang tua murid.

Kepala SMKN 1 Sandai, Sadarudin, mengatakan kalau penolakan pembangunan SUTT 150 kilovolt (kv) sudah beberapa kali disampaikan pihak sekolah baik secara lisan maupun tertulis. Bahkan diakuinya pertemuan secara langsung pernah dilakukan.

"Tapi ternyata tapak tower masih terus dibangun di area lingkungan sekolah. Selanjutnya upaya sekolah melayangkan surat keberatan peninjauan ulang pendirian SUTT PLN secara resmi kepada PLN pada 20 September 2021 lalu,” ungkapnya, Jumat (3/5/2022).

Dia melanjutkan, pada tanggal 2 Februari 2022 lalu sempat dilakukan pertemua di ruang rapat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan. PLN melakukan sosialisasi yang dihadiri sejumlah pihak, termasuk dinas pendidikan, pihak SMKN 1 Sandai, perwakilan guru, dan orangtua murid.

“Kita mendukung program pemerintah tapi kita minta agar posisi tower T.2A PLN digeser supaya tidak melintasi bangunan sekolah. Namun manajemen pembangunan SUTT PLN tetap melakukan pembangunan SUTT, di mana tali tegangan SUTT secara horizontal melintasi bangunan sekolah,” tuturnya.

Diakuinya, pada 24 mei 2022, PLN kembali melakukan sosialisasi pembangunan SUTT di ruang pertemuan SMKN 1 Sandai. Pertemuan itu dihadiri oleh dua orang perwakilan Dinas Pendidikan Provinsi Kalbar, dua orang perwakilan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan ESDM Provinsi Kalbar, Binda Kalbar, sejumlah pihak dari PLN, 50 orang perwakilan orangtua siswa dan guru SMKN 1 Sandai, dan tokoh masyarakat Sandai.

Diakuinya, saat pertemuan PLN menyampaikan kebutuhan lahan untuk pembangunan towet T.2A ukuran 225 M2 yang mana lahan tersebut berada di lingkungan SMKN 1 Sandai. Hasil identifikasi dan inventarisasi lahan SUTT 150KV Sandai-Sukadana T.2A berada di SMKN 1 Sandai dan akan melintasi bangunan SMKN 1 Sandai.

Sementara itu, perwakilan Komite SMKN 1 Sandai, Sudarmin meminta agar pembangunan T.2A dijauhi dari area sekolah terlebih sekolah pastinya akan terus berkembang.

"Pihak sekolah dan orangtua siswa menolak pembangunan SUTT yang melintas bangunan sekolah," katanya.

Tokoh masyarakat Sandai, Ali Sadikin, juga menolak pembangunan SUTT yang melintasi bangunan SMKN 1 Sandai. Dia meminta agar ada keterbukaan bagaimana proses pembangunan dan kenapa tower SUTT harus melintasi sekolah. 

"Padahal lahan di luar area sekolah masih sangat luas, kenapa harus dipaksakan melintasi bangunan SMKN 1 Sandai,” ungkap Ali.

Pada pertemuan itu, pihak PLN mengatakan jika pembangunan SUTT sudah melalui tahapan dan sesuai dengan perundangan yang berlaku. Permintaan agar tower digeser juga sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya dan sudah dilakukan pertimbangan teknis bahwa tidak memungkinkan untuk dilakukan pergeseran. Permintaan agar tower T.2A agar digeser menjauhi area sekolah akan disampaikan ke pimpinan dinas pendidikan dan PT PLN. 

Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarpras SMKN 1 Sandai, Sudiansyah mengaku penolakan pembangunan SUTT yang berada tepat di atas gedung sekolah dilakukan karena kekhawatiran pihak sekolah dan juga orangtua murid akan dampak negatif dari kabel tegangan tinggi yang melintas di atas bangunan sekolah.

"Kalau pembangunan tetap dilanjutkan, maka tali horizontal mereka pasti melintasi gedung sekolah, itu yang kita khawatirkan dampaknya," akunya.

Dia melanjutkan, kekhawatiran pihaknya pertama terkait kabel horizontal yang bisa saja terlepas akibat angin kencang dan menimpa bangunan terlebih cuaca di lokasi sekolahan berubah-ubah. Kemudian kekhawatiran akan kerusakan alat-alat komputer dan lainnya terkait radiasi kabel horizontal yang melintasi bangunan sekolah.

"Banyak dampak negatif kita khawatirkan dan menjadi pertimbangan untuk menolak pembangunan melintasi bangunan sekolah," pungkasnya. (Ndi)

Share:
Komentar

Berita Terkini