 |
| Ilustrasi Gas LPG habis. (*) |
Yuni (43), salah seorang warga Kelurahan Tengah, Kecamatan Delta Pawan mengaku resah. Langkanya gas tersebut membuat dirinya tak bisa memasak di dapur.
"Sejak satu minggu terakhir ini langka. Harganya naik. Dulu itu harganya cuma Rp 20 ribu sekarang Rp 30-38 ribu, bahkan ada yang jual dengan harga 40 ribu, sekarang ini kita sulit kalau seperti ini," kesalnya, Senin (21/8/2023).
Desi (29) warga Kelurahan Mulia Baru, Kecamatan Delta Pawan, juga mengaku kesulitan mendapatkan gas melon. Tak mendapatkan gas untuk memasak, Ibu dua anak itu terpaksa membeli masakan jadi.
Desi mengatakan, selama ini dia membeli gas LPG di warung eceran. Harganya Rp 30 hingga 35 ribu. Namun sudah beberapa hari ini, sejumlah warung yang biasa menjual gas LPG, tak lagi menyediakannya.
"Sudah keliling ke mana-mana, biasa mudah, banyak di warung - warung, tapi sekarang sudah Ndak ada lagi, jadi kami ibu rumah tangga terpaksa beli masakan jadi," ucapnya.
Ketika dikonfirmasi, Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Kabupaten Ketapang Riza mengaku, sejauh ini distribusi dari agen ke pangkalan gas LPG di Kabupaten Ketapang masih lancar.
Menurut Riza, kalaupun ada keterlambatan pengiriman, biasanya dikarenakan faktor cuaca, yang membuat pasokan gas dari Kota Pontianak terhambat.
"Namun berdasarkan informasi dari para agen LPG di Ketapang, distribusi ke pangkalan masih lancar,"ucapnya.
Riza menyebut, pangkalan LPG wajib menjual LPG bersubsidi sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Namun untuk pengecer yang tidak resmi, pihaknya tidak bisa menjamin dan mengontrol harga.
"Kami meminta agar pangkalan LPG bersubsidi dapat menyalurkan gas melon ke pada warga yang benar-benar berhak," pungkasnya. (Ndi).
