Menurutnya, kasus ini memiliki keterkaitan dengan prevalensi penurunan stunting. Jika angka kematian ibu bisa terus turun, ia optimis prevalensi stunting juga bisa ditekan.
"Apalagi di tahun 2024 mendatang, pemerintah pusat menarget angka stunting bisa turun di 14 persen. Kemudian angka kematian ibu sebesar 183 per 100 ribu kelahiran," paparnya saat berbicara pada kegiatan rapat koordinasi urusan pengendalian penduduk keluarga berencana dan keluarga sejahtera se Kalbar, di hotel Mahkota Sukadana, Kamis (15/6/2023).
Yohanes menerangkan, merujuk dari data Servei Status Gizi Indonesia (SSGI), rata-rata penurunan stunting di Kalbar berada di angka 2 persen (dari 2,98 persen, menjadi 27,8 persen).
"Sedangkan angka kematian ibu Kalbar menurut data kementerian kesehatan tahun 2020 sebesar 115 dan tahun 2021 sebesar 222 per 100 ribu kelahiran, atau meningkat sebanyak 107 per 100 ribu kelahiran," tuturnya.
Yohanes menambahkan, agar kesemuanya bisa diturunkan, dibutuhkan kerja bersama. Artinya semua program yang berjalan harus selaras dengan kebijakan nasional.
"Lima pilar sinergi dalam penanganan stunting nasional, pertama kepemimpinan dan visi kepemimpinan, kedua kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku, ketiga konvergensi, koordinasi dan konsolidasi program pusat daerah dan desa, serta pemantauan gizi ketahanan pangan dan yang kelima pemantauan dan evaluasi," paparnya.
Pada kesempatan itu, Yohanes mengajak semua pihak untuk bersinergi dalam upaya penurunan stunting di Kalbar.
“Seluruh elemen pemerintah dan non pemerintah diharapkan dapat bekerjasama secara aktif, melakukan intervensi stunting sesuai dengan fungsinya masing-masing,” ungkapnya.