Selain dihadiri petinggi dari manajemen BGA Group dan unsur Forkopimcam setempat, acara itu turut dihadiri tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat hingga tokoh pemuda dari Kecamatan Kendawangan, Marau dan Kecamatan Jelai Hulu.
Direktur Corporate Affair and Partnership BGA Group, Priyanto memaparkan, perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ia pimpin saat ini masuk dalam era keterbukaan kepada masyarakat. Forum ini menjadi satu diantara cara perusahaan dalam membuka ruang yang seluas-luasnya bagi masyarakat sekitar kebun untuk memberikan masukan.
"Keamanan usaha itu hanya bisa terbangun ketika hubungan kita harmoni dengan masyarakat sekitar, kalau sampai terjadi perbedaan pandangan, dengan forum seperti ini kita bisa mencari solusi," papar Priyanto.
Priyanto menyebut, meski tak semua persoalan bisa diurai secara menyeluruh, namun dengan kegiatan ini, pihaknya bisa memberikan gambaran secara utuh tentang keinginan perusahaan kepada masyarakat. Begitupun sebaliknya, tentang tuntutan masyarakat kepada pihak perusahaan.
"Satu cara buat kami, keterbukaan, mungkin manjadi telanjang, iya, kita ditelanjangi, dicaci maki, tapi masyarakat akan paham bahwa semangat keterbukaan kita di dalam mengelola perusahaan ini menjadi pintu untuk mengendorkan ketegangan sosial," paparnya.
Priyanto mengaku terkesan dengan sambutan dan semangat masyarakat. Pada acara itu, pujian dan kritikan dilontarkan para peserta kepada perusahaan. Menurutnya, perusahaan lebih memprioritaskan kritikan dan masukan guna memperbaiki kinerja perusahaan yang mengarah pada kesejahteraan dan hubungan harmonis antara perusahaan dan masyarakat.
"Semangat masyarakat bagus, sepanjang orang mau mengkritik, kami melihat dia ada niatan baik untuk membina kami ketika berada di sini, jadi dengan spirit yang baik itu, kami optimis keberlangsungan hubungan kerjasama itu bisa di tingkatkan, tapi kalau mereka sudah tak perduli dengan kita, tidak mau datang, tidak mau mengkritik, tidak mau bicara, itu menurut saya warning besar buat kita semuanya," paparnya.
Priyanto menambahkan, sistem keterbukaan sudah sejak awal digunakan pihaknya. Namun sejak tiga bulan belakangan, cara seperti ini masif digulirkan.
"Kita geber keliling semuanya sehingga kita tahu fenomenanya. Kita mulai dari Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Pulau Bawal, Sungai Melayu, terus di sini Sungai Besar (Kendawangan), mungkin nanti kita lanjutkan ke Nanga Tayap," ucapnya.
Sementara itu, Asisten Direktur Corporate Affair and Partnership BGA Group, Kamsen Saragih menyebut, pertemuan ini menjadi sarana melepas rindu, setelah sekian lama tidak bertatap muka dengan warga sekitar konsesi perusahaan.
"Buka kebun bukan hal yang gampang, tapi di sini kami membangun kebun penuh dengan kerjasama dengan masyarakat, membaur satu dengan yang lain, kami ingin menjadi kebun yang baik, kebun yang bersahabat dengan masyarakat," ucapnya.
Kamsen menyebut, saat ini, BGA Region Sungai Rasau memperkerjakan 2.500 tenaga kerja. Para tenaga kerja kebanyakan berasal dari warga lokal yang berada di wilayah konsesi perusahaan perkebunan kelapa sawit.
"Jika satu tenaga kerja minimal punya keluarga tiga orang, maka ada sekitar 7.500 kepala yang menggantungkan hidup mereka ke kebun kita, menjadi ladang rezekinya," ujarnya.
Kendati demikian, Kamsen Saragih mengaku, selama berjalannya aktivitas perusahaan, tetap ada pihak yang merasa tidak puas dengan perusahaan. Ia pun membuka ruang kepada seluruh masyarakat untuk menyampaikan kritik dan masukkan.
"Kalau kami salah tolong diingatkan. Hidup yang baik itu ketika kita dapat membangun rasa memiliki, kebun ini adalah kebanggaan kita bersama, mari kita bersama-sama menjaganya," pesannya. (**/Ndi)