![]() |
Ilustrasi. |
Padahal, Sukadana dikelilingi bukit. Beberapa perusahaan air mineral seperti HS 68, Trikana, Big 3 mengambil bahan baku air bersih di Sukadana. Namun ketika berbicara untuk kebutuhan masyarakat setempat kondisinya memprihatinkan.
Menurut pengakuan warga setempat, Rendra, persoalan air bersih ini sudah menjadi masalah klasik. Kondisi ini diakuinya sudah berulang kali sejak bertahun-tahun.
"Ndak ada hujan beberapa hari ini, air sudah mulai sulit, kalau ngalir pun macam air kencing, kami terpaksa menghemat air yang ada," ucap Rendra, Selasa (19/3/2024).
Rendra mengaku, pemerintah setempat telah menggelontorkan dana hingga miliaran rupiah, namun persoalan air bersih tak kunjung terselesaikan, hingga kini PDAM masih pun belum tersedia.
"Dari proyek nanam pipa air di dalam tanah sampai nanam pipa dalam parit, air tak ngalir-ngalir, kerje merampot," kesalnya.
Hal serupa juga disampaikannya Uzi, warga Sukadana. Untuk mendapatkan air bersih, ia terpaksa harus menunggu hingga larut malam. Kendati demikian ia sering tidak mendapatkan air setetes pun.
"Musim seperti ini, tengah malam pun kadang air tak mengalir, mohonlah kepada pemerintah, Kayong Utara ini sudah berdiri sejak 2007, artinya sudah 17 tahun, masa ngurus air bersih saya tidak mampu," kesalnya.
Dia berharap Pilkada serentak tahun 2024 dapat melahirkan pemimpin yang dapat mengatasi persoalan air bersih.
"Pemilu tak lama lagi. Kami harap isu air bersih ini jangan hanya jadi ajang politik tanpa bukti nyata," ucapnya. (Ndi)