![]() |
Santi, orangutan menggendong bayinya Julia di TNBBBR Melawi, Kalbar. (Foto Dok YIARI) |
Kelahiran Julia pertama kali terpantau pada 30 Juli 2025 sore, saat tim monitoring menjumpai Santi di sekitar Camp Teluk Ribas.
“Santi terlihat menggendong bayinya dengan erat. Pengamatan dilakukan hati-hati untuk memastikan kondisi keduanya,” ujar Ketua Umum Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI), Silverius Oscar Unggul, Selasa (19/8/2025).
Tim medis YIARI memastikan bayi orangutan itu sehat, aktif, dan mendapat cukup asupan susu dari induknya. Sementara Santi juga tampak bugar usai melahirkan.
“Ini bukti kesuksesan program konservasi. Santi yang dulu korban pemeliharaan ilegal, kini bisa beradaptasi, hidup di alam liar, bahkan melahirkan generasi baru,” kata Silverius.
Santi diselamatkan dari kasus pemeliharaan ilegal di Ketapang pada 2013. Setelah enam tahun rehabilitasi, ia dilepasliarkan ke TNBBBR pada Juni 2019.
Kepala Balai KSDA Kalbar, Murlan Dameria Pane, menyebut kelahiran Julia sebagai bukti TNBBBR merupakan habitat aman dan mendukung bagi orangutan.
“Dengan lahirnya Julia, populasi orangutan di Kalbar ikut meningkat. Semoga ia tumbuh sehat di habitatnya,” ucapnya.
Sejak 2016, BKSDA Kalbar, Balai TNBBBR, dan YIARI telah melepasliarkan 82 orangutan hasil rehabilitasi ke kawasan TNBBBR. Hingga kini tercatat sudah ada delapan kelahiran alami dari induk yang sebelumnya menjalani rehabilitasi.
Kepala Balai TNBBBR, Persada Agussetia Sitepu, menegaskan kelahiran bayi orangutan di alam liar merupakan momen langka sekaligus penanda keberhasilan konservasi jangka panjang.
“Orangutan Kalimantan adalah spesies terancam punah. Kehadiran Julia memberi harapan baru bagi kelestarian satwa kunci hutan tropis ini,” katanya.
TNBBBR dipilih sebagai lokasi pelepasliaran karena memiliki populasi orangutan liar yang relatif sedikit sehingga meminimalkan persaingan, sekaligus kaya sumber pakan alami. Kondisi ini mendukung orangutan rehabilitasi untuk bertahan hidup dan berkembang biak secara mandiri. (Lis)